Wednesday, June 21, 2006

Victim to victim

reportase by: popok tri wahyudi

Bencana- bencana dan bencana lagi… ini bukan tren tetapi memang begitu keadaan mutakhir yang ada di jogja. Bukan bermaksud untuk menakuti tapi hanya memberitahukan saja. Belum beitu lama kita waspada dengan keadaan gunung merapi, tiba- tiba saja dari selatan terjadi gempa tektonik. Dengan akibat yang dihasilkan sungguh luar biasa. Kemudian semua perhatian tercurah kesana, menjadi bencana nasional. Semua pihak baik didalam negeri ataupun diluar negeri bersatu padu untuk membantu para korbannya.

Masih konsentrasi untuk memulihkan keadaan yang ada diBantul, beberapa minggu kemudian gunung merapi mulai memuntahkan awan panas dan laharnya. Kita menjadi kaget lagi. Meskipun pada awalnya status waspada sudah ditingkatkan menjadi siaga dalam sekejab sudah berubah ke status awas. Semuanya berkembang sangat cepat. Apakah ini semua adalah tanda kiamat akan tiba? Jangan panik dulu..

Dari bencana yang terjadi di utara dan diselatan jogja, membuat kami berusaha keras apa yang dapat kami bantu untuk meringankan para sedulur yang hidup di daerah bencana tadi. Satu persatu kami cermati sisa tenaga dan potensi kekuatan kami. Kami tidak bisa begitu saja untuk cuek salah satu atau semuanya. Mereka adalah saudara kami, sama- sama tinggal dipropinsi yang berhati nyaman ini. Toh didalam sebuah ketidak kemungkinan pasti masih ada kemungkinan yang dapat digali dan dimanfaatkan.

Ini bukan saatnya siapa yang harus peduli atau tidak, kita berpacu dengan perkembangan dari dampak bencana tadi dan makin terbatasnya ruang gerak dari korban yang ada didalamnya. Satu pihak belum pulih benar untuk bisa mandiri, sementara sisi pihak yang lain berubah ke posisi yang darurat dan butuh dibantu. Semua akan menjadi mungkin selama ada niat baik untuk peduli dan saling membantu untuk sesamanya. Jelas ini perlu aksi nyata dan langsung untuk mewujudkannya tanpa terlalu lama bekerja dengan rencana dan konsolidasi massa yang berlebihan.

Kami merelease victim to victim ( ini hanya sebutan sementara saja tanpa bermaksud untuk melukai pesaaan siapapun) untuk menghubungkan kedua pihak didaerah bencana untuk saling peduli dan meminimalkan perasaan bahwa mereka tidak sendiri. Masih ada sikap baik diantara para sedulur dikedua daerah tersebut. Kita tidak hidup sendirian didunia ini kawan… diatas langit masih ada langit. Namanya juga didunia yang sudah menglobal kita tidak hidup sendirian. Dengan semua sarana komunikasi yang ada kita masih berhubungan.

Selama ini kita meyakini bahwa ada hubungan antara utara yang diwakili merapi dan selatan yang diwakili pantai selatan. Merupakan sebuah modal dan semangat tersendiri untuk saling peduli satu sama lainnya. Contoh nyata yang terjadi, beberapa hari yang lalu suplai untuk sayuran dan lauk pauknya kita meminta bantuan dari teman- teman posko petani yang ada di Sambi untuk menyediakan kebutuhan tersebut bagi para sedulur yang berada di Seloharjo, Bantul.

Dan besok atau lusa, di Seloharjo sekarang sedang mengumpulkan rumput untuk makanan sapi yang akan segera dikirimkan ke desa Umbulharjo. Kenapa rumput? Karena sekarang, detik ini semua rerumputan yang ada disekitar wilayah merapi sudah dipenuhi oleh abu merapi. Padahal sapi- sapi itu adalah andalan hidup dari masyarakat disana. Mereka sudah mulai kesulitan untuk mencari rumput untuk makanan ternaknya. Sebuah proses tolong menolong yang indah, meskipun mereka sedang tertimpa bencana masih ada semangat untuk saling membantu.

Sebuah kearifan lokal bagaimana diantara masyarakat kita masih terpelihara sikap saling tolong menolong tanpa pamrih diantara sesamanya. Walau dalam keadaan yang sulit mereka masih peduli. Akankah ini rusak oleh sebuah kepentingan unknown? Yang hanya mementingkan kepentingan golongannya sendiri atau untuk kepentingan sebuah nama belaka.

Ayoo poro sedulur pada guyup ing gawe sepi ing pamrih