Saturday, June 03, 2006

Ada apa dengan kandang sapi?

feature: popok tri wahyudi

Setelah beberapa hari terlewat dari perhatian sejak hari pertama daerah Bantul tertimpa bencana gempa, kandang sapi menjadi tempat yang tiba-tiba terkenal dan akrab di telinga kita. Padahal tempat ini letaknya di belakang rumah dan biasanya berada di sisi pojok, tidak jauh dari kamar mandi. Spesifikasi tempat ini adalah: jelas yang menghuni para hewan, seperti sapi atau kambing.

Mereka yang modern dan tinggal di kawasan perkotaan mungkin merasa asing dengan tempat itu, karena budaya yang sudah berbeda dan berada di luar kebutuhannya. Maka ini jadi menarik; sesuatu yang sudah sangat jauh dan old fashioned tiba-tiba kembali hadir dan dapat menyelamatkan banyak orang. Kenapa?

Masyarakat pedesaan yang mata pencahariannya bergantung pada pertanian tentu paham bahwa hewan piaraan seperti sapi, kambing, dan sebagainya, adalah sebuah investasi selain tanah dan rumah. Itu adalah harta yang paling berharga bagi mereka. Sebagian dari mereka hidup berdampingan, dekat dengan hewan piaraan. Ini mungkin sulit diterima kalau kita melihat dari kacamata kesehatan. Para hewan piaraan tadi bisa ada di ruang tamu mereka, satu dinding dengan pemiliknya. Itu pula yang menyebabkan di beberapa daerah Sulawesi tindak kriminal yang berhubungan dengan hewan tinggi. Di sini terlihat betapa penting dan berharganya hewan-hewan itu.

Pada beberapa kasus dalam bencana gempa di Bantul, banyak dari mereka ternyata mengungsi di kandang sapi kepunyaannya. Mereka bahkan tinggal dan tidur di sana. Bayangkan saja…. Sukar dipahami bahwa kandang- kandang sapi itu memang nyaris tidak ada yang hancur ketika gempa terjadi. Apakah struktur bangunan yang tanpa dinding permanen itu membuat tempat ini tahan gempa? Kita tidak berbicara tentang arsitektur, jadi santai saja. Cuma melihat keajaiban sebuah kandang sapi yang dapat menyelamatkan pemiliknya.

Bukannya saya menyamakan kita dengan hewan piaraan tadi. Hanya sekadar mengingatkan bahwa sesungguhnya ia adalah sesuatu yang sederhana. Kita mungkin tidak pernah menganggapnya sesuatu yang ternyata dapat menyelamatkan. Dengan kesederhanaan dan kekurangannya, tempat itu dapat memberikan kelebihannya. Selama ini kita tidak sadar bahwa ada nilai di balik sesuatu yang tidak pernah dianggap atau dianggap tidak nyata ini. Pada satu sisi, tidak semua yang sering tidak kita anggap itu hina-dina dan tidak berarti. Fenomena ini ada dan tentunya dapat dijadikan sebagai alat pengganti untuk bertahan hidup.

Ajaib!!

Sekali lagi ajaib. Kalau mungkin para sapi dan kambing ini dapat bicara, mereka tentu akan bangga. Mereka adalah tim rescue sejati. Berlebihankah jika kita mengangkat topi pada hewan-hewan ini, dengan tidak pernah menelantarkan mereka tanpa makanan?