Monday, June 19, 2006

"Cerita dari KLINIK"

curhat bu "Bidan" Ari kecil imut yg mbaurekso KLENIK eh KLINIK

Banyak cerita menarik yang bisa dibagi selama kamp di Blali yang mungkin tak bisa diceritakan satu per satu..
tapi ada satu cerita menarik masalah ambulance..
Ternyata, ambulance selain untuk membawa pasien gawat sampai jenazah juga punya fungsi lain.
Salah satu adalah tempat tidur di kamp, karena kalo di tenda dingin banget.
Akan tetapi, ambulance itu ternyata juga adalah sebuah mainan bagi para transporter (driver) edan yang kebetulan membawanya...

Salah satu driver "POL KENTHIR" (volunteer) Fandhi membawa ambulance ke jogja.., Pas ditanya, "mana pasiennya?"..
Jawabane : Pasiennya nyetir sendiri dong... hahaha (pasien ghrasia maksudnya).
dan waktu itu aku ikut dalam ambulance berfungsi sebagai perawat pendamping.
Oalah tobat-tobat, udah jadi perawat karbitan, lalu Bu bidan gadungan, eeehhh sekarang malah dampingi pasien grhasia yang nyetir sendiri. Memang nasibku selalu bertemu dengan orang-orang edan apa ya..?
Pas di jalan, dengan senang hati dia membunyikan sirene ambulance sepanjang Ring Road, padahal gak bawa pasien... sampai truk SATPOL PP yang biasa merazia anak2 jalan langsung minggir ngasih jalan untuk ambulance.. dan sang pasien dan perawatpun ngakak ngeliat polisi2 itu minggir huahahaha
mentang-mentang ambulance.. menange dhewe.. dan sirene itu bunyi terus sampai ke kantor Prayan 84 B hehehe

Cerita dari KLINIK..
untuk klinik sebenarnya banyak yang harus diceritakan tapi mana sempat.... wong klinik buka 24 jam.

Kronologisnya..
Minggu pertama adalah masa kritis bagi korban gempa.
jadi klinik buka 24 jam. begitu banyak korban luka yang harus ditangani, tetapi hanya ada 1 dokter tanpa perawat.
itu hari pertama lho. jadinya aku, cumi, dan Ila terpaksa jadi perawat dadakan alias karbitan. Dari jam 6 pagi pasien sudah berdatangan dan terus datang sampai jam 10 malam, pernah juga sampai jam 12 malam. whuihh benar2 melelahkan sih... tapi ada kebahagiaan tersendiri ketika ada pasien luka yang setelah kita tangani mengucapkan terima kasih.
Sampai ada 1 pasien ibu-ibu yang ingat banget sama aku karena aku yang pertama bersihin lukanya waktu klinik masih di jalan raya, belum di lapangan. Si Ibu itulah yang manggil aku bu bidan. hehehe padahal abis tak perban malemnya si ibu datang lagi karena perbane lepas.. hehehe ya maap bu namanya juga perawat karbitan.

Minggu kedua masa kritis sudah lewat tinggal perawatan luka saja. jadi Klinik dibuka mulai jam 4 sore sampai jam 10 malam. Udah dikasih pengumuman gede, dipasang ditempat strategis. Tapi tetep aja pasien datang. mereka gak peduli ama pengumuman itu. Jadi terpaksa aku menolak para pasien itu. ya mau gimana lagi masa aku yang meriksa, kan bukan dokter. akhirnya solusinya ya.. kalo keluhane cuma masuk angin.. kasih aja antangin, kalo pusing kasih aja panadol, kalo batuk kasih aja komix, pilek kasih decolgen beres dah...
Tapi diantara sekian banyak orang yang menerima itu, ada beberapa juga yang ngeyel dan masih menawar minta obat lain. PENGEN MATI PO PIYE..?

Minggu ketiga pasien sudah agak berkurang. jadi Mulai hari ini tanggal 19 juni 2006.. klinik hanya buka 3 kali seminggu (selasa, kamis, sabtu)..
Selain karena koordinator klinik masik kelabakan ngentry data, pak Bambang the one and the only one doctor juga lagi gak sehat, karena fisiknya drop karena beliau juga harus tugas di Puskesmas yang harus dilaju ke Wonosari...

Semoga para pasien mau menerima. karena kita juga dalam rangka mau mengembalikan mereka ke Puskesmas. masa karena gempa mereka lupa punya puskesmas.