Wednesday, July 12, 2006

From Blali Jeki me-Report

10 Juli 2006

jeki mencoba jadi corong camp Blali. supaya Blali tetap terdengar sampai nun jauh disana.....

yihuuuuu! jeki bisa jalan-jalan.
karena kurang crew (dicolong untuk mengukur kontur bersama pak Yud) akhirnya jeki didhapuk menjadi surveyor, tugasnya mensurvey sumur dan MCK.
ini jadi refreshing karena sebulan penuh hanya boleh dan tak boleh tidak bergumul dengan beras dan sabun.
alangkah senangnya! bt-ku langsung hilang. (tadi malam jeki bt berat karena kemarin tak boleh ikut mapping. hik! jeki sedih! grrrrhhh! jeki marah!)

survey jeki dan mbah nunung hari ini adalah jelapan 1-4 dan poyahan 2.
hasilnya ada yang biasa dan ada yang mengenaskan. jelapan 1 ok! tak banyak kerusakan fisik. sumurnya pun aman dari musim kemarau. dekat sungai, sih. jelapan 2 sedikit kumuh.
aslinya banyak yang sudah tua, lumutan dsb. dsb.... dan setelah gempa semakin parah. dindingnya jebol, ada yang tertimbun pasir, ada atapnya hilang, ada yang wc nya mampet. jelapan tiga idem ditto. jelapan 4 sami mawon. setelah itu lanjut ke poyahan 3. surprise! disana tidak banyak kerusakan fisik. hanya segelintir mck yang rusak. jadi bukan masalah karena bisa menumpang di tetangga yang pada umumnya masih kerabat sendiri. airnya pun memakai air sumber surocolo yang dialirkan lewat pipa. biar kecil (tidak seperti air pompa sendiri) masih memadai.

disini makan.... disana makan... dimana-mana jeki selalu makan. orang desa memang super baik hati. di setiap tempat selalu ditawari makan.
pertama bisa ditolak karena alasan tugas, tapi tawaran pak Samadi, guide kita pak RT Jelapan 1, haram ditolak.
mulai dari jalan pertama beliau sudah wanti-wanti supaya mampir ke rumahnya dan minum degan.
air degan dan buah kelapa sudah bikin kenyang, ternyata masih ditambahi supermi telur porsi jumbo. aku jadi terenyuh... baru sebulan kemarin beliau mengantri bantuan mie instant dan beras dll kok sekarang malah kami yang disumbang.
ah, bapak memang baik hati. dan ketika pergi ke poyahan 2 kami masih disuguhi sayur tempe-santen dan tahu bacem. Sumpah sayurnya enak sekali. perutku jadi kekenyangan.

Poyahan 2 sedang bangkit, dengan inisiatif sendiri mereka menyewa circle saw 6 pk. seharga 150 ribu sehari disewa dari orang grogol. bunyinya merdu di telinga. kayu gelondongan disulap menjadi papan dan balok. disana sini orang menyingsingkan lengan membangun rumah. dengan tatah mereka melubangi kayu menjadi tiang blandar. potong kiri dan kanan supaya pas panjangnya. pelan-pelan mereka membangun rumah. sekedar untuk melindungi anak-istri dari dinginya angin malam. memang takkan seindah rumah idaman karena uang tak ada. tapi setidaknya hangat. dan tak bikin anak masuk angin dan istri jadi senewen.

pak RT poyahan 2 bercerita.... setelah gempa, setelah rumahnya hancur, dia hanya bisa bertangis-tangisan dengan anak, istri, dan ibunya. "piye, bune..... omahe ancur. ra opo-opo, pake. sing penting awake sehat, ora tatu, ora kelaran." tapi malam harinya penuh penderitaan: orang-orang panik karena isu tsunami. atap seng yang rendah malah terasa dingin. hujan mengalir masuk ke dalam shelter karena tak sempat menggali parit, akibatnya bantal, kasur, tikar basah semua. sedih sekali karena pak rt punya dua anak kecil : 5 bulan dan 5 tahun. orang tua mana yang bisa tidur bila mendengar tangis anaknya? malam kedua baru bisa berimprovisasi. kandang sapi digelari terpal. sekelilingnya ditutup rapat. baru bisa tidur sekedarnya bersama 4 kk yang lain.

dari poyahan 3 aku bisa melihat lanskap yogya. indah sekali melihat sunset diatas lika-liku sungai opak. rumah disela-sela pohon hijau. jalan aspal lurus dari timur ke barat dan bertemu jalan parangtritis. jembatan opak sedang sendiri cuma satu-dua mobil melintas. lembayung sore memikat tapi melankolis dan syahdu.

~jeki dari 84B meninggalkan curhatnya~