Finnally I Get Outta Here...
Hiahia... baru kali ini aku merasa jeda itu tak membosankan.
Baru kali ini aku merasa hari itu tidak melelahkan.
Baru kali ini juga semua terasa campur-aduk menjadi satu...
Pernah kutulis kalimat seperti ini di profil FS-ku.
"...Jikalau kita mau membagi beban kita, maka beban itu akan terasa lebih ringan, dan jika kita mau berbagi kebahagiaan kita, maka kebahagiaan itu akan menjadi berlipat-lipat..."
Kebahagiaan tidak untuk dicari, tapi untuk diciptakan dan ditularkan.
Aku memandang 1 minggu ke belakang. Jika tak ada gempa, mungkin Red Landy itu (Mobil Klinik) Senin besok masih mangkal di depan Tiga Serangkai seperti biasa. Semua berawal dari sesuatu yang sederhana, menjadi sangat luar biasa...
Kesibukan yang sama sekali di luar bayanganku...
Momento, Mobil Klinik, Jiffest, agenda pameran, sampai gempa, dan sekarang terjebak di antara dering telpon dan papan kibor yang siap dihajar sepanjang waktu...
Belum lagi tragedi "gempa" lokal yang mengoyak jempol kakiku.
Semua serba tak terbayangkan. Sorenya masih check list bantuan yang datang untuk membantu korban bencana di Bantul, di antaranya ada Syringe dan alat jahit menjahit luka. Eh... lha kok malamnya aku yang dijahit. Mana aku phobia rumah sakit pula... Tapi kejadian malam itu ada hikmahnya juga. Akhirnya bisa melihat base manager kita tidak dengan muka tegang lagi ... bisa tersenyum dan tertawa-tawa lepas.
Semua menertawakan ketololanku yang ketakutan dengan rumah sakit. Belum lagi pas dijahit, dari balik pintu ruang UGD mereka tega2nya memotret dan kirim sms yg isinya "...Manaaa ekspresinya...?" niruin tagline iklan rokok itu.
Segera setelah semua siksaan dijalankan aku beringsut dari tempat tidur keparat dan bergegas lari loncat2 dengan satu kaki. Minggat dari situ secepat mungkin adalah targetku, nggak peduli meski aku adalah victim/pasien saat itu...
"Ayoo, buruan pulang... nggak maw lama-lama, tar tambah sakit, lagi!" Aku langsung beringsut ke mobil dengan bayangan kecemasan masih menyertaiku. Sementara teman2 yang malam itu dengan cemas mengantarkan ke rumah sakit hanya tertawa-tawa.
Vidi nyeletuk, "Mbak, jahitnya ama jahit baju mahalan jahit ini, ya. Tau gitu jahit di kamp kita di Blali aja." Hm... iya ya,
2 days later, akhirnya aku bisa keluar dari sub-kerajaan "gaia" menuju kamp di Blali, melonggarkan diri dari jepitan-jepitan itu, menembus malam Minggu yang crowd pascagempa; satu-satunya alasan yang membuatku bisa meninggalkan "kantor" malam ini: keharusan mengganti perban bekas jahitanku besok. Sementara sangatlah tidak mungkin meninggalkan sub-kerajaan gaia, pagi sampai sore hari. Bisa-bisa ntar ruwet sambil mengangkut bantuan obat-obatan ke kamp.
Aku cukup nyaman dirawat di
*Sepertinya semua sudah mulai tertib dan membaik, meski gempa masih terus saja berlangsung.*
Perban sukses terganti dan artinya harus harus segera balik dengan monitor dering telpon dan papan kibor menunggu AGAIN...!!!
Dini hari kutinggalkan kampung tenda Blali dengan hati penuh harapan.
Semoga saja semua mahluk berbahagia.