Thursday, February 22, 2007

sebatang pohon roboh dan sebuah warung di lempuyangan



Selasa pagi.
Kru gaiacorps siap untuk bertugas lagi. Tim medis sudah tidak lagi turun ke jalan, karena posko kesehatan dari berbagai lembaga sudah banyak didirikan. Tim chainsaw bersiap-siap berangkat. Alamak! Rupanya ada sedikit masalah dengan mesin chainsaw kita. Berhubung kemarin mesin tersebut dipakai non-stop seharian – bahkan sampai malam – maka sebelum dipakai dia harus sedikit dimanjakan. Ada dua hal yang ternyata harus dilakukan: membersihkan dan mengganti dua macam komponennya, yakni rantai dan mata gergaji. Soal membersihkan memang sudah sering dilakukan Ambon sewaktu bertugas jadi kumendan chainsaw di Mblali beberapa bulan lalu. Tapi soal merawat dan mengganti onderdil ternyata harus dilakukan rame-rame. Jadilah Nunung, Jeki dan Peri berkutat dengan rantai dan mata gergaji yang sempat ngadat itu. Untunglah, kami mendapat bantuan dana dari beberapa dermawan, sehingga urusan operasional chainsaw mulai dari beli bahan bakar hingga suku cadang tidak perlu dirisaukan.
Selesai sudah. Chainsaw STIHL yang handal itu akhirnya siap untuk dioperasikan kembali.

Area Gayam kemarin sudah hampir selesai dibereskan. Tinggal mengangkut potongan-potongan kayu ke dalam truk dan membuangnya (terimakasih Dinas Kebersihan dan Pertamanan serta Bina Marga untuk pinjaman truknya!). Tim chainsaw segera merambah sasaran berikutnya: Stasiun Lempuyangan. Dalam foto terlihat bahwa jalan di sisi selatan Stasiun Kereta Api Lempuyangan masih tertutup oleh pohon-pohon yang bertumbangan. Ada juga pohon yang sudah tercabut dari akarnya tapi masih berdiri miring menimpa beberapa bangunan. Ambon masih tetap menjadi chainsaw team leader hari itu; dibantu oleh dua asisten tetapnya: Meki dan Nunung. Eka, Peri, Mono, dan teman-teman lain membantu apa saja. Menarik atau menahan tali ketika pohon akan dirobohkan, juga mengumpulkan potongan kayu dan memuatnya ke dalam truk. Tim pengangkut kayu itu juga dibantu oleh warga setempat serta tim dari TNI.

Ada sebuah cerita yang mengharukan ketika sebuah pohon yang menimpa salah satu warung di seberang stasiun akan dirobohkan. Ambon dkk berusaha supaya arah jatuhnya pohon berlawanan dengan warung tersebut. Beberapa teman sudah bersiap untuk memasang tali. Tapi bapak pemilik warung tersebut nampaknya sudah putus asa akan nasib malang yang menimpanya; dan berkata:

“Sampun mas, diambrukke mawon, wong warung kula nggih pun remuk kok, kula mboten saged buka warung malih.”

(“Sudahlah mas, robohkan saja pohonnya, toh warung saya sudah hancur, saya toh nggak bisa buka warung saya lagi.”).


Dengan hati-hati mereka pun membujuk sang bapak:

“Wah, nggih ampun ngoten to Pak, lha niku rak taksih wonten magic jar, kulkas, lan kipas angin. Eman-eman lho menawi kembrukan uwit, mangke rusak sedaya. Kamangka barang-barang punika rak taksih saged dipun gina’aken malih.”


(“Wah, ya jangan gitu dong Pak, disitu kan masih ada magic jar, kulkas, dan kipas angin. Sayang lho, kalau kejatuhan pohon, nanti rusak semua. Padahal barang-barang itu kan masih bisa digunakan.”)


Akhirnya sang bapak menerima usulan mereka. Tim chainsaw segera melanjutkan pekerjaannya, dan… Alhamdulillah, Puji Tuhan.. seluruh isi warung bapak itu selamat, tak sedikitpun tertimpa pohon yang dirobohkan!

Memang, di sepanjang jalan itu cukup banyak warung dan tempat penitipan sepeda motor yang hancur tertimpa pohon. Kesedihan bapak pemilik warung itu tentunya bisa dimaklumi karena mereka harus kehilangan mata pencaharian dan harus berpikir ulang untuk mencari modal lagi bagi tempat usahanya yang hancur itu.

Sore itu, setelah semua pohon yang menghalangi jalan selesai dibersihkan, tim chainsaw gaiacorps kembali ke kantor Prayan dengan menahan haru dan membisikkan do’a dalam hati untuk para pemilik warung yang tadi ditemui: "semoga mereka tetap bersemangat untuk bangkit kembali dari kemalangan akibat bencana ini..!"

Setelah kondisi di area bencana dinilai cukup membaik, tim gaiacorps saat ini sudah kembali ke ‘markas besar’ Prayan. Namun bukan berarti kami akan menyudahi segala upaya membantu saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Dengan bantuan Anda semua, kami akan tetap berusaha melakukan apapun yang kami bisa.

Terima kasih untuk Mbak Sarah Whitmore, Mas Agus Marsudi, dan Pak Totok Priyanto yang telah menyumbangkan dana buat mereka yang menjadi korban bencana melalui kami. Kami hanya bisa berdo’a semoga bantuan tersebut akan menambah tabungan amal yang hanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang bisa membalasnya. Insya Allah. Amin.

Terimakasih!
Salam hangat dari gaiacorps dan Yayasan Gaia!
(difla melaporkan dari Prayan 84B)
-gaiacorpstermasukanda-

foto-foto hari kedua dan terakhir kami








sedikit cerita sepulang dari gayam pukul 8 malam

Hujan deras malam itu.
Pasukan gaiacorps tiba-tiba saja ‘regudugan’ menyerbu kantor dalam kondisi basah kuyup dan kecapekan sehabis seharian ‘kerja bakti’ di Gayam. Andre – the field commander – dan Drajat datang duluan; disusul Ambon – the chainsaw specialist – yang datang bersama-sama dengan Meki, Nunung, Gurit, Peri, Jeki, Eka, dan Mono. Tak ada yang bajunya luput dari basah air hujan dan kotor lumpur.

Sampai di kantor mereka satu per satu mendatangi Pepeng.
Kenapa Pepeng yang didatangi? Ternyata bukan karena Pepeng lagi baik hati dan bagi-bagi duit, tapi karena dia kebetulan saja baru pulang dari laundry mengambil baju-bajunya yang selesai dicuci. Ketika melihat teman-teman yang baru datang dari Gayam berada dalam kondisi basah kuyup seperti itu, rupanya dia tak tega dan dengan rela hati meminjamkan baju-bajunya yang masih fresh from the laundry itu kepada mereka yang pada basah kehujanan…!

salam!
-gaiacorpstermasukanda-